Keberhasilan seorang anak dalam menempuh pendidikan tidak lepas dari peran orang tua. Setiap orang tua pastinya bangga mempunyai anak yang berprestasi. Kebahagiaan dan kebanggaan yang dirasakan orang tua itu akan ditunjukkan di lingkungan mereka sehingga orang tua mempunyai persepsi yang tinggi ke anak dan akhirnya selalu meminta anaknya berhasil dan bisa dibanggakan.

Dengan kondisi yang seperti ini, disadari ataupun tidak, orang tua telah menuntut anak untuk selalu berprestasi tanpa melihat lagi kapasitas anak dalam menerimanya. Dimulai dengan memberikan fasilitas-fasilitas terbaik sampai memberikan anak tambahan kegiatan di luar sekolah, seperti les dan bimbingan belajar. Belum lagi saat anak dibanding-bandingkan dengan temannya yang berprestasi dengan dalih memotivasi. Telah banyak kasus tentang kenakalan anak yang salah satu penyebabnya adalah keinginan orang tua yang terlalu berlebihan akan keberhasilan anak, menekan anak, serta kurangnya dukungan dan komunikasi yang tidak bagus antara anak dan orangtua. Kenakalan tersebut adalah sebuah bentuk protes atas dirinya yang merasa ditekan.

Tuntutan orang tua terhadap keberhasilan anak tanpa melihat kemampuan anak sebenarnya dapat berakibat fatal bagi mental mereka. Dampaknya dapat terjadi kepada anak yang akan kehilangan waktu untuk bermain, berteman, dan bersosialisasi dengan lingkungannya karena tuntutan dan tekanan untuk terus belajar. Tidak jarang pula orang tua lebih menekankan keharusan anak untuk berprestasi dibanding mengedepankan sikap moral anak. Hal itu justru dapat menjatuhkan value anak, baik dalam akademis di sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat. Selain itu, anak juga akan mengalami masalah perilaku seperti krisis kepercayaan diri, depresi, tidak menghargai diri sendiri, kecemasan, dan dapat sampai pada titik membenci orangtuanya sendiri.

Dilansir dari Arizona State University pada tahun 2016 yang mengadakan penelitian dan dimuat dalam PubMed NCBI, ketika orang tua terlalu menekan anaknya untuk selalu mendapatkan prestasi akademik di sekolah, justru akan membuat anak stres dan menghambat kesuksesan dan kebahagiaannya di masa depan. Berharap anak selalu berhasil dan bangga akan hal itu memang wajar, tetapi perlu diketahui juga bahwa anak memiliki kecerdasan dan kemampuan yang berbeda-beda. Paksaan dan tekanan yang diberikan ke anak dengan dalih jika tidak dipaksa tidak belajar, justru tidak tepat. Memahami dan menghargai anak untuk mau mengembangkan dirinya di bidang apa pun sesuai bakat dan minatnya merupakan suatu tindakan bijak bagi orang tua. Adanya pendekatan dan komunikasi yang baik serta mengapresiasi setiap hasil yang anak lakukan akan membuat mental anak tenang dalam mengeluarkan bakat dan kemampuannya dalam belajar.

Dengan sikap dan perasaan yang tulus serta keterbukaan dari orang tua dengan menunjukkan perhatian dan kasih sayang penuh kepada anak dapat membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang positif. Beri dorongan kepada anak untuk melakukan yang terbaik dan ajarkan anak berfokus pada proses, bukan hasil akhir. Semoga para orang tua bisa menjadi motivator yang mengayomi bagi anak, bukan musuh yang menekan dan menakutkan. (Maheera Raysha Aisyah Supratman/8B)

?>